AZAZ-AZAZ ANTROPOLOGI DAN RUANG LINGKUPNYA
Standar Kompetensi :
Memahami azas-azas
antropologi dan ruang lingkupnya.
Kompetensi Dasar :
Menjelaskan konsep dasar antropologi, ruang lingkup ilmu antropologi dan
fase-fase perkembangannya
Indikator Pencapaian Kompetensi :
1. Menjelaskan pengertian
dasar antropologi
2. Menjelaskan ruang
lingkup dan obyek antropologi
3. Menjelaskan
perbedaan antropologi dengan ilmu social lain (sosiologi)
4. Menjelaskan metode ilmiah dalam antropologi
5. Menjelaskan fase-fase perkembangan antropologi
Tujuan Pembelajaran:
1.
Mahasiswa dapat
menjelaskan pengertian dasar
antropologi
2. Mahasiswa dapat menjelaskan ruang
lingkup dan obyek antropologi
3. Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan antropologi dengan ilmu sosial lain
(sosiologi)
4. Mahasiswa dapat menjelaskan metode ilmiah dalam antropologi
5. Mahasiswa
dapat menjelaskan fase-fase perkembangan antropologi
Materi Pokok:
1. Pengertian Dasar Antropologi
Antropologi telah membongkar
anggapan yang keliru mengenai superioritas ras dan kebudayaan. Selain itu,
antropologi juga telah mempelajari semua bangsa tanpa mempedulikan dimana dan
bilamana mereka hidup sehingga memberikan kejelasan tentang sifat manusia
daripada semua pemikiran para filsuf atau studi para ilmuwan di laboratorium. Dari
semua ilmu, antropologi adalah ilmu yang paling luas cakrawalanya. Bahan yang
dipelajari dalam antropologi sangat luas. Antropologi membahas segala sesuatu
yang ada hubungannya dengan makhluk manusia dahulu dan sekarang.
Sebenarnya banyak ilmu lain dengan
cara-cara tertentu memberikan perhatian kepada makhluk manusia. Beberapa
diantaranya anatomi dan fisiologi, mempelajari manusia sebagai organisme
biologi. Ilmu-ilmu sosial memusatkan perhatiannya kepada bentuk-bentuk yang
khas dari hubungan antar manusia. Antropologi berusaha memperhatikan semua itu,
bahkan melihatnya secara keseluruhan di semua ruang (tempat) dan waktu.
Perspektif luas dan unik inilah yang merupakan
sarana amat baik bagi ahli antrolopologi untuk menelaah sesuatu yang
sangat halus, disebut sifat manusia.
Berdasarkan
argumentasi di atas dapat ditegaskan bahwa antropologi adalah studi tentang
umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia
dan perilakunya, dan untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang
keanekaragaman manusia. Secara praktisnya, disiplin antropologi untuk menelaah
keanekaragaman manusia dibagimenjadi beberapa bidang, dan ahli antropologi
secara sendiri-sendiri mengkhususkan diri di salah satu bidang atau lebih.
2. Ruang Lingkup dan Obyek Antropologi
Antropologi
menurut tradisi dibagi menjadi empat cabang, yakni: a). Antropologi fisik, b). Antropologi budaya, yang mencakup 3
cabang: arkeologi, linguistik dan etnologi. Antropologi fisik ini merupakan
bagian dari antropologi yang memusatkan perhatiannya kepada manusia sebagai
organisme biologis, dan salah satu yang menjadi perhatiannya ialah evolusi
manusia. Keistimewaan apapun yang dianggap ada pada dirinya oleh manusia,
mereka adalah binatang yang menyusui (khususnya primat) dan mereka memiliki
nenek moyang yang sama dengan primat-prmat lainnya, khususnya dengan kera dan
monyet. Ahli antropologi fisik berusaha melacak nenek moyang jenis manusia
untuk mengetahui bagaimana, kapan dan mengapa kita menjadi jenis makhluk
seperti sekarang ini melalui analisis terhadap fosil-fosil dan pengamatan
terhadap primat-primat yang hidup. Bidang lain dari antropologi fisik adalah
studi tentang variasi umat manusia. Kita semua adalah anggota dari satu jenis,
secara menyolok atau tidak kita ini berbeda-beda. Kita tidak hanya berbeda
dalam hal yang tampak, seperti warna kulit atau bentuk hidung kita, akan tetapi
mengenai faktor-faktor biokimia seperti golongan darah dan kepekaan terhadap
penyakit tertentu. Ahli antropologi fisik modern menggunakan pengetahuan
genetika dan biokimia untuk memperoleh pengertian yang lebih lengkap tentang
variasi umat manusia dan cara orang menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang
beraneka ragam. Antropologi fisik berhubungan erat dengan ilmu-ilmu biologi.
Antropologi
budaya membahas manusia sebagai makhluk budaya. Pekerjaan dari ahli antropologi fisik
merupakan kerangka kerja yang diperlukan ahli antropologi budaya, sebab tidak
kebudayaan tanpa manusia. Guna memahami pekerjaan ahli antropologi budaya, kita
menjelaskan pengertian kebudayaan lebih dahulu, walaupun konsep kebudayaan akan
dikaji lebih mendalam pada bagian berikutnya. Kebudayaan dapat diartikan
sebagai peraturan-peraturan atau pembakuan-pembakuan yang berlaku di masyarakat
(kelompok manusia). Pembakuan-pembakuan
ini menentukan atau memberikan petunjuk untuk perilaku sehari-hari anggota
masyarakat, oleh sebab itu perilaku manusia tersebut sebagai perilaku
kebudayaan.
Antropologi
budaya berhubungan erat dengan ilmu-ilmu lain. Ilmu yang paling sering
dihubungan dengan antropologi budaya adalah sosiologi. Kedua-duanya berusaha
menggambarkan dan menerangkan perilaku manusia dan konteks sosialnya, namun
sosiologi lebih memusatkan perhatiannya secara khusus kepada orang yang hidup
pada jaman baru, sehingga teori-teori mereka cenderung perilaku manusia yang
terikat pada kebudayaan tertentu (culture bound), biasanya teori
diasumsikan pada kebudayaan kelas menengah, yang dikhususkan untuk orang-orang
berprofesi. Senbaliknya, antropologi budaya berusaha mengurangi masalah
keterikatan teori kepada kebudayaan tertentu dengan cara mempelajari seluruh
umat manusia dan tidak membatasi diri kepada studi tentang bangsa-bangsa yang
telah maju. Ahli antropologi menyimpulkan bahwa untuk memperoleh pengertian
yang memadai tentang perilaku manusia, seluruh umat manusia harus dipelajari.
Titik berat antropologi budaya adalah pada studi kebudayaan prasejarah atau
kebudayaan non-Barat yang lebih baru, sering membawa kesimpulan yang membantah
pendapat lama yang terbentuk melalui studi masyarakat Barat.
Antropologi
budaya dibagi menjadi bidang arkeologi, antropologi linguistik dan etnologi.
Setiap bidang mempunyai kepentingan dan metode khusus, namun semuanya mengenai
data kebudayaan manusia yang berbeda-beda dan bagaimana caranya kebudayaan
berkembang dimana-mana, menyesuaikan diri dan terus-menerus berubah.
Arkheologi
adalah cabang antropologi kebudayaan yang mempelajari benda-benda peninggalan material dengan maksud untuk
menggambarkan dan menerangkan perilaku manusia pada masa lampau. Perhatiannya
dipusatkan kepada masa lampau manusia, sebab apa yang tertinggal dari masa
lampau itu sering hanya berupa benda dan bukan gagasan. Oleh sebab itu ahli
antropologi mempelajari alat-alat, tembikar dan peninggalan lain yang tidak
lapuk oleh waktu (tahan jaman) sebagai warisan
dari kebudayaan yang telah punah. Berbeda dengan ahli sejarah, ahli
arkheologi tidak terpancang kepada 5000
tahun terakhir dari sejarah umat manusia yang meninggalkan
keterangan-keterangan tertulis tentang hasil jerih payah manusia.
Antropologi
linguistik adalah cabang antropologi
budaya yang mengadakan studi tentang bahasa manusia. Linguistik dapat
berupa deskripsi sesuatu bahasa (cara membentuk kalimat atau mengubah kata
kerja) atau sejarah bahasa-bahasa (cara bahasa-bahasa berkembang dan saling
mempengaruhi sepanjang waktu). Ahli antropologi melalui studi linguistik dapat
mengetahui lebih baik bagaimana pendapat
orang tentang dirinya sendiri dan tentang dunia di sekitarnya. Mereka
memberikan sumbangan yang berharga untuk memahami masa lampau umat manusia dengan menyusun hubungan
geneologi dari bahasa-bahasa dan mempelajari distribusi bahasa tersebut ia
dapat memperkirakan berapa lama orang-orang yang menggunakan bahasa itu tinggal
di daerah tempat mereka tinggal sekarang.
Etnologi
merupakan cabang antropologi yang mempelajari kebudayaan-kebudayaan jaman
sekarang. Ahli etnologi mengkhususkan diri kepada perilaku manusia sebagaimana
yang dapat disaksikan, dialami dan didiskusikan dengan orang-orang yang
kebudayaannya hendak dipahami. Pendekatan ahli etnologi adalah etnografi deskriptif.
Ahli etnografi adalah ahli arkheologi yang mengamati arkheologinya hidup-hidup.
Ahli etnologi menjadi penulis etnografi dengan cara terjun ke lapangan untuk
hidup di tengah-tengah rakyat yang ditelitinya. Mereka berusaha menjadi
pengamat yang terlibat (participant
observer) dalam kebudayaan yang sedang dipelajarinya. Ahli etnografi dapat
mulai memahami sistem kebudayaan suatu masyarakat dengan menemukan bagaimana
semua lembaga kebudayaan (sosial, politik dan keagamaan) saling berkaitan
menjadi satu.
Keduanya
aspek antropologi (fisik dan budaya) terdapat hubungan yang sangat erat, yang
mengantarkan pada pemahaman tentang bagaimana biologi mempengaruhi atau tidak
mempengaruhi kebudayaan, dan bagaimana kebudayaan dapat dan memang mempengaruhi
biologi.
3. Antropologi dengan Ilmu Sosial Lain (Sosiologi)
Tujuan dari kedua ilmu ini seolah-olah
sama yakni mencari unsur-unsur persamaan di bidang aneka warna beribu-ribu
masyarakat dan kebudayaan manusia di muka bumi dengan tujuan untuk mencapai
pengertian tentang azas-azas hidup masyarakat dan kebudayaan manusia pada
umumnya. Secara khusus keduanya terdapat perbedaan sebagai berikut: memiliki
asal mula dan sejarah perkembangan yang berbeda, sehingga menyebabkan adanya
perbedaan pengkhususan kepada pokok dan bahan penelitian dari kedua ilmu itu
dan hal ini akan berakibat pada adanya perbedaan dalam beberapa metode dan
masalah khusus dari kedua ilmu.
Asal
usul perkembangan antropologi adalah menghimpun bahan keterangan tentang
masyarakat dan kebudayaan penduduk pribumi di daerah luar Eropa untuk mendapat
pengertian tentang tingkat-tingkat perkembangan masyarakat dan kebudayaan.
Sedangkan asal usul perkembangan sosiologi adalah adanya krisis masyarakat di
Eropa yang menyebabkan masyarakat Eropa memerlukan suatu pengetahuan yang
mendalam mengenai azas-azas masyarakat dan kebudayaan sendiri.
Obyek
kajian antropologi berawal dari fakta sosial kehidupan masyarakat primitif
(tradisional) di daerah pedesaan di luar Eropa, kemudian berkembang pada
fenomena fakta sosial pada masyarakat perkotaan, termasuk kehidupan masyarakat
di Eropa yang kompleks. Sedangkan obyek kajian sosiologi justru berawal dari
tatanan kehidupan masyarakat yang kompleks di perkotaan yang mengalami krisis
ekonomi, kemudian berkembang pada tatanan kehidupan masyarakat pedesaan.
Pada
akhirnya kedua ilmu ini memiliki obyek penelitian yang sama, yakni masyarakat
dan kebudayaan yang kompleks di perkotaan dan yang kurang kompleks di pedesaan,
namun terdapat perbedaan dalam metode dan analisisnya. Ilmu antropologi
menjelaskan fakta sosial dari salah salah satu unsur masyarakat dengan
menghubungkannya unsur-unsur lain yang lebih kompleks melalui pendekatan
sistem. Metode yang diterapkan bersifat kualitatif, proses berpikir dari induktif
ke deduktif, lebih mengandalkan pengumpulan fakta melalui observasi
partisipan dan wawancara.
4. Metode Ilmiah dalam Antropologi
Ilmu
adalah cara yang ampuh dan luwes yang ditemukan oleh manusia untuk memahami
tabiat dunia dan alam semesta yang tampak. Ilmu mencari keterangan-keterangan
yang dapat diuji tentang fenomena yang disaksikan orang berdasarkan prinsip
atau hukum yang tidak nampak, tetapi
bersifat umum dan tetap. Antropologi bermaksud mempelajari manusia secara
obyektif dan sistematis. Ahli antropologi menggunakan metode-metode yang
digunakan oleh para ilmuwan lain dengan mengembangkan hipotesis, atau penjelasan
yang dianggap benar, menggunakan data lain untuk mengujinya, dan akhirnya
menemukan suatu teori (suatu sistem hipotesis yang telah teruji, yang menjelaskan
fenomena-fenomena secara sistematis). Data yang digunakan ahli antropologi
dapat berupa data dari satu masyarakat atau studi komparatif di antara sejumlah
besar masyarakat.
Antropolog
meneliti semua unsur dalam kehidupan masyarakat sebagai kebulatan. Apabila
hanya mengkhususkan kepada suatu unsur tertentu saja dalam kehidupan masyarakat
kota, misalnya aktivitas kehidupan keagamaan atau aktivitas kehidupan
kekeluargaan, seorang antropolog akan menghubungkan semua unsur dalam kehidupan
dengan seluruh struktur kehidupan masyarakat kota. Metode pengumpulan bahan
yang mengkhusus dan mendalam bersifat kualitatif serta menerapkan metode
analisis yang bersifat membandingkan (komparatif).
Kesatuan
pengetahuan dengan metode ilmiah yang diterapkan dalam pengembangan ilmu
antroplogi melalui tiga tingkat, yakni:
(1). Pengumpulan
fakta tentang kejadian dan gejala masyarakat dan kebudayaan untuk pengolahan
secara ilmiah, dilakukan dengan metode observasi, mencatat, mengolah dan
melukiskan fakta-fakta yang terjadi dalam masyarakat yang hidup, baik dengan
penelitian di lapangan, penelitian di laboratorium maupun penelitian
perpustakaan.
(2). Penentuan
ciri-ciri umum dan sistem yang menimbulkan cara berpikir secara induktif dengan
metode-metode untuk mencari ciri-ciri yang sama, umum dari aneka warna fakta
dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan manusia. Pencarian ciri-ciri umum di
antara aneka warna fakta masyarakat ini menggunakan meode komparatif yang
dimulai dengan metode klasifikasi.
(3). Verifikasi
atau pengujian dalam kenyataan harus menguji kaidah-kaidah yang telah
dirumuskan dalam kenyataan alam atau masyarakat yang hidup. Proses berpikir
yang berkembang bersifat deduktif dari perumusan umum kembali ke arah
fakta-fakta yang khusus. Metode verifikasi yang digunakan di atas disebut
metode yang bersifat kualitatif. Metode
verikasiyang lain juga dapat digunakan adalah metode bersifat kuantitatif,
yaitu cara mengolah fakta sosial dalam jumlah yang besar dan diterapkan statistik.
Ada
kesulitan serius untuk menerapkan pendekatan ilmiah dalam antropologi, antara
lain: (a). apabila kita mencanangkan sebuah hipotesis, maka kita mendapat
motivasi yang kuat untuk mengujinya, dan ini secara tidak sengaja dapat
menyebabkan kita tidak melihat atau bahkan mengesampingkan bukti-bukti yang
negatif. (b). menyusun teori yang baik tentang perilaku manusia harus bertolak
dari sejumlah hipotesis yang seobyektif dan sebebas mungkin dari pengaruh
kebudayaan, hal ini sangat sulit dilakukan karena kita dibesarkan dari sebuah
kebudayaan yang digunakan untuk menyusun hipotesis tersebut.
Hasil
akhir suatu kerja lapangan arkheologi atau etnografi adalah sebuah uraian yang
teratur, yang merupakan kerangka untuk menerangkan perilaku pemilik kebudayaan
yang sedang dipelajari melalui wawancara, observasi partisipan dan
membandingkan data arkheologis dan/atau etnografis dari beberapa masyarakat
yang terdapat di sebuah daerah tertentu dan selanjutnya antropolog dapat
merumuskan hipotesis-hipotesis yang lebih luas tentang perilaku manusia.
Bahan
yang dipelajari antropologi terus menerus berubah karena terjadi
penemuan-penemuan baru, dan kebudayaan itu sendiri selalu dalam keadaan
berubah. Perubahan peranan wanita dalam keluarga, peranan seks dan sikap baru
terhadap perkawinan dan keluarga adalah contoh-contoh perubahan yang dengan
mudah dapat dilihat dalam kebudayaan sendiri. Antropologi masa kini tetap
mempertahankan keterlibatannya dengan sifat kemanusiaan orang-orang lain, oleh
karena itu antropologi semakin berhasil menjadi pengetahuan tentang manusia
yang benar-benar manusiawi.
5. Fase-fase Perkembangan Antropologi
Terdapat empat fase perkembangan ilmu antropologi:
a. Fase pertama (sebelum 1800).
Suku-suku bangsa penduduk pribumi Afrika, Asia dan
Amerika mulai didatangi oleh orang Eropa, dan lambat laun berbagai daerah di
muka bumi mendapat pengaruh dari negara-negara Eropa Barat. Bersamaan dengan
proses tersebut mulai terkumpul buku-buku kisah perjalanan, laporan-laporan
tentang adat-istiadat, susunan masyarakat, bahasa dan ciri-ciri fisik bangsa-bangsa
Eropa Barat. Deskripsi-deskripsi ini seringkali bersifat kabur dan kebanyakan
hanya memperhatikan hal-hal yang dalam tinjauan orang Eropa tampak aneh saja,
walaupun ada karangan-karangan yang baik dan lebih teliti sifatnya. Bahan
etnografi dari suku di Afrika, Oseania dan orang Indian di Amerika
menimbulkan tiga sikap/pandangan orang
Eropa terhadap suku-suku bangsa tersebut,
yaitu:
(1). Sebagian
orang Eropa memandang bangsa-bangsa tersebut bukan manusia sebenarnya, mereka
manusia liar, turunan iblis dan disebut savages,
primitives.
(2). Sebagian orang Eropa memandang sifat-sifat
baik dari bangsa-bangsa jauh tadi. Bangsa-bangsa itu adalah contoh dari
masyarakat yang masih murni, belum kemasukan kejahatan dan keburukan
sebagaimana yang terjadi di masyarakat Eropa.
(3). Sebagian
orang Eropa tertarik dengan adat istiadat yang aneh dan mulai mengumpulkan
benda-benda kebudayaan tersebut.
Tujuan ilmu antropologi pada fase I ini adalah menghimpun pengetahuan
tentang masyarakat, adat-istiadat dan ciri-ciri fisik bangsa-bangsa di luar
Eropa, sebagai pemicu awal di dunia
ilmiah untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan pengetahuan etnografi
manjadi satu.
b. Fase
kedua (pertengahan abad ke-19).
Timbul
bahan etnografi yang disusun berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat. Dirumuskan bahwa masyarakat dan
kebudayaan manusia telah berevolusi dengan sangat lambat dalam satu jangka
waktu beribu-ribu tahun lamanya, dari tingkat-tingkat yang rendah melalui
beberapa tingkat antara dan sampai kepada tingkat tertinggi. Semua bentuk
masyarakat di luar Eropa disebut pimitif yang dijadikan contoh tingkat
kebudayaan paling rendah dan masih hidup sampai sekarang sebagai warisan
kebudayaan manusia jaman dahulu. Meneliti kebudayaan masyarakat di luar eropa
sekaligus menambah pengertiannya tentang sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
Tujuan
ilmu antropologi pada fase II ini bersifat akademik yaitu mempelajari
masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk mendapat suatu
pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah
penyebaran kebudayaan manusia.
c. Fase
ketiga (permulaan abad ke-20)
Sebagian
besar negara-negara di Eropa berhasil untuk mencapai kekuasaan di daerah jajahan di luar Eropa. Ilmu antropologi
dinilai sangat penting untuk mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropa dan
mengembangkan pengertian masyarakat di luar negara Eropa sebagai masyarakat
yang tidak kompleks.
Tujuan
pengembangan antropologi pada fase III ini bersifat praktis, yaitu mempelajari
masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa untuk kepentingan
pemerintah kolonial dan mendapat pengertian tentang masyarakat masa kini yang
kompleks.
d. Fase
keempat (sesudah tahun 1930)
Antropologi
mengalami perkembangan yang paling luas pada fase ke-4 ini tentang bahan
pengetahuan yang lebih teliti dan ketajaman dari metode-metode ilmiahnya.
Kehidupan masyarakat di dunia mengalami perubahan besar, yakni sikap antipati
terhadap kolonialisme sesudah perang dunia ke II dan cepat hilangnya
bangsa-bangsa primitif (asli dan terpencil) dari pengaruh kebudayaan
Eropa-Amerika. Kondisi ini mendorong antropologi mengembangkan
lapangan-lapangan penelitian dengan tujuan pokok yang baru. Hasil perkembangan
fase I,II dan III sebagai landasan perkembangan yang baru. Sasaran perkembangan
antropologi yang baru adalah manusia di daerah pedesaan pada umumnya ditinjau
dari aneka warna fisiknya, struktur masyarakat dan unsur-unsur kebudayaannya.
Masyarakat desa yang dianalisis bukan hanya di luar negara Eropa, tetapi
termasuk masyarakat pedesaan di negara Eropa.
Tujuan
antropologi pada fase IV ini dibedakan menjadi dua, yakni bersifat akademik dan
praktis. Tujuan akademik adalah mencapai pengertian tentang makhluk manusia
pada umumnya dengan mempelajari aneka warna bentuk fisiknya, masyarakat serta
kebudayaannya. Tujuan praktisnya adalah
mempelajari manusia dalam aneka warna masyarakat suku bangsa guna
membangun masyarakat suku bangsa itu.
Di
Indonesia, antropologi sebagai ilmu
praktis untuk mengumpulkan data tentang kebudayaan-kebudayaan daerah dan
masyarakat pedesaan, sehingga dapat menemukan dasar-dasar bagi suatu kebudayaan
nasional yang mempunyai kepribadian khusus dan dapat dibangun suatu masyarakat
desa yang modern. Disamping itu antropologi bersamaan dengan sosiologi praktis dapat memberikan
bantuan dalam hal memecahkan masalah-maslah kemasyarakatan di Indonesia
sekarang dalam hal perencanaan pembangunan nasional sebagaimana di negara
India.
Evaluasi:
1. Jelaskan ruang lingkup kajian ilmu antropologi
2. Jelaskan sejarah perkembangan ilmu antropologi
3. Jelaskan perbedaan antropologi dengan sosiologi
4. Bagaimanakah metode ilmiah ahli antropologi
untuk menyusun suatu teori?
PROSES EVOLUSI DAN ANEKA WARNA
MAKHLUK MANUSIA
Standar Kompetensi :
Memahami aneka warna makhluk manusia.
Kompetensi Dasar :
Menjelaskan makluk manusia
antara makluk lain, evolusi dan ciri-ciri biologi, evolusi primat dan manusia, aneka warna manusia dan organismenya.
Indikator Pencapaian Kompetensi :
1. Menjelaskan sistem
klasifikasi semua makhluk di dunia berdasarkan atas morfologinya.
2. Menjelaskan proses evolusi
biologis manusia menghasilkan organisme bentuk baru
3. Menjelaskan
evolusi primat dan manusia
4. Menjelaskan aneka warna
makhluk manusia dan organismenya
Tujuan Pembelajaran:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan
sistem klasifikasi semua makhluk di dunia berdasarkan atas morfologinya.
2. M ahasiswa dapat
menjelaskan proses evolusi biologis manusia menghasilkan
organisme bentuk baru
3. Menjelaskan
dapat menjelaskan evolusi primat dan manusia
4. Menjelaskan dapat
menjelaskan aneka warna makhluk manusia dan organismenya
Materi Pokok:
1. Sistem Klasifikasi Makhluk di Dunia
Berdasarkan Morfologinya
Pada
pertengahan abad ke-19 Charles Darwin mengumumkan teori tentang proses evolusi
biologi. Menurut teori evolusi tersebut bentuk-bentuk hidup tertua di muka bumi
ini terdiri dari makhluk-makhluk satu sel yang sangat sederhana seperti
protozoa. Makhluk ini dalam jangka waktu beratus-ratus juta tahun lamanya
berkembang yang makin lama makin kompleks, dan terakhir berevolusi makhluk
seperti kera.
Para
ahli biologi telah membuat sistem klasifikasi semua makhluk di dunia
berdasarkan atas morfologinya. Manusia yang menyusui keturunannya
diklasifikasikan dengan kelas binatang menyusui atau Mammalia. Klas Mammalia
memiliki satu sub golongan atau suku yang disebut dengan suku Primat. Dalam suku primat terdapat semua jenis kera mulai dari
yang kecil sampai dengan kera besar. Pada umumnya binatang yang menyusui adalah
binatang yang cerdik (intelegen) mempunyai lebih banyak sifat yang berhubungan
dengan otak daripada binatang klas reptil atau binatang bertulang belakang. Para
ahli biologi menempatkan manusia ke dalam sub suku antropoid. Sistem
klasifikasi semua makhluk di dunia dapat dilihat pada bagan berikut:
Suku
|
Subsuku
|
Infrasuku
|
Keluarga
|
Jenis
|
Ras
|
|
|
|
|
|
|
Australoid
|
|
Mongoloid
|
||||||
Caucasoid
|
||||||
Homo
sapiens
|
Negroid
|
|||||
Neandertal
|
|
|||||
Hominidae
|
Pithecanthropus
|
|||||
Ramapithecus
|
|
|||||
Hominoid
|
Pongidae
|
|||||
Cercopithecoid
|
|
|||||
Anthropoid
|
Ceboid
|
|||||
|
|
|||||
Primat
|
||||||
|
Tarsii formes
|
|||||
Prosimii
|
Lorisiformes
|
|||||
|
Daubentonioid
|
|||||
Tupoid
|
||||||
Lemuroid
|
Bagan: Suku Primat dan Sub-sub
Golongannya (adaptasi Koentjaraningrat, 2006)
Manusia oleh ahli biologi diklasifikasikan dalam
bangsa (ordo) primat, sebuah kelompok yang meliputi kungkang, monyet dan kera.
Diklasifikasikan demikian karena atas dasar persamaan ciri-ciri anatomi,
fisiologi, struktur protein dan bahkan atas materi genetis. Manusia
sebagai bagian suku primat memiliki persamaan yang terbesar dengan kera.
Persamaan yang mendasari klasifikasi makhluk tersebut merupakan indikator
hubungan evolusi. Oleh karena itu dengan mempelajari anatomi, fisiologi dan
struktur molekul primat lain, kita dapat memahami secara lebih baik ciri-ciri yang
diwarisi dari nenek moyang dan ciri-ciri khas yang menjadi milik manusia.
Berdasarkan studi ini menunjukkan bahwa banyak perbedaan antara manusia dengan
kera berdasarkan perbedaan tingkatan daripada perbedaan jenis.
2. Evolusi
Ciri-ciri Biologi
Evolusi
didefinisikan sebagai perubahan yang diwarisi dalam genotipe yang menjadi
efektif dalam kelompok gen suatu populasi. Gen adalah unit warisan yang
sebenarnya. Gen adalah bagian dari molekul DNA (deoxyribonucleic acid), molekul
yang kompleks yang menyerupai dua utali yang saling melilit.
Evolusi
terjadi melalui mutasi yang menghasilkan variasi keturunan, yang kemudian
dipengaruhi oleh arus genetik (genetic
drift), atau perubahan frekuensi gen secara kebetulan dalam suatu populasi,
lalu lintas (arus) gen, yaitu masuknya gen baru dari populasi lain, dan seleksi
alamiah (natural selection). Seleksi alamiah adalah mekanisme adaptasi evolusi
yang terjadi melalui reproduksi yang menimbulkan perbedaan karena
individu-individu yang mengandung gen dengan sifat adaptif mendapat lebih
banyak keturunan ketimbang yang tidak mengandungnya.
Evolusi
dapat berkembang menjadi jenis baru, atau dapat berkembang secara bercabang
sebagai jawaban atas mekanisme isolasi. Hal ini dapat terjadi pada populasi
yang terpisah-pisah yang membendung lalu lintas gen dari populasi yang satu ke
populasi yang lain, sehingga arus genetik dan seleksi dapat terjadi secara
berlainan. Proses evolusi ini dapat menyebabkan mula-mula timbulnya ras yang
berlainan dan kemudian jenis yang berbeda.
Satu gen atau kombinasi dari beberapa
gen menjadi beberapa gen yang menjadi penyebab dari satu ciri lahir dari
organisme, ada pula satu gen yang menjadi penyebab dari adanya beberapa ciri
lahir. Organisme yang baru terbentuk disebabkan
adanya ciri-ciri gen yang kuat atau dominan, sedangkan ciri-ciri gen
yang tidak kuat atau resesif tidak akan tampak pada organisme yang baru. Keanekaragaman
primat yang dapat disaksikan sekarang adalah akibat pengaruh kekuatan-kekuatan
evolusi, yang menyebabkan mereka dapat menyesuaikan diri kepada lingkungan
dengan cara yang berbeda-beda.
Koentjaraningrat
(2006) menjelaskan proses evolusi menurut analisa ahli biologi dibagi dalam
tiga golongan:
(a). Proses mutasi: suatu gen yang
telah lama diturunkan dari angkatan ke angkatan pada suatu ketika saat gen itu
dibentuk pada suatu zygote yang baru
dapat berubah sedikit sifatnya. Akibatnya terdapat ciri yang baru yang tidak
ada pada nenek moyangnya.
(b). Proses seleksi dan adaptasi:
suatu proses evolusi yang berasal dari sekitar alam. Gen yang baru telah
diseleksi oleh alam yang baru dan terbawa langsung dalam organisme-organisme
dari individu-individu dan kelompok.
(c). Proses
menghilangnya gen secara kebetulan.
Pada
pihak lain William A. Havilland (1985) menjelaskan proses evolusi sebagai
berikut:
(a). Keturunan: mekanisme keturunan
merupakan bahan baku evolusi, aspek-aspeknya adalah pewarisan gen (DNA, gen,
kromosom, pembelajan sel), pola keturunan (pewarisan tipe golongan darah,
poligen, yaitu ada dua gen atau lebih yang bekerjasama dengan menimbulkan sifat
fenotipe).
(b). Genetika populasi: sekelompok
individu yang dapat berkembangbiak secara berpasangan antara sesamanya. Pada
tingkat populasi ini terjadi seleksi alamiah, karena ada anggota populasi yang
meneruskan lebih banyak sifat, sedangkan anggota-anggota lain kurang dari jatah
mereka masing-masing. Selama generasi demi generasi, populasi ini menunjukkan
suatu tingkat adaptasi tertentu terhadap lingkungan, disebabkan oleh mekanisme
evolusi tersebut. Genetika populasi dipengaruhi oleh stabilitas populasi,
faktor-faktor perubahan, mutasi, penyimpangan genetis, lalu lintas gen, seleksi
alamiah. Salah satu akibat dari proses seleksi alamiah adalah bertambahnya
adaptasi sesuatu populasi terhadap lingkungannya.
Bentuk proses evolusi
dapat dibedakan atas:
(a). Evolusi divergen: suatu proses
evolusi yang terjadi karena populasi induk melahirkan dua anak populasi atau
lebih yang saling berbeda. Bertambahnya jumlah jenis, yang terjadi karena
populasi yang berbeda-beda mengalami isolasi dalam hal reproduksi.
(b). Evolusi linear/konvergen: suatu
proses evoluasi yang terjadi karena dua organisme yang secara filogenetis tidak
ada hubungannya satu sama lain mengembangkan persamaan –persamaan yang lebih
besar. Perubahan yang terjadi sepanjang masa yang menyebabkan lahirnya jenis,
marga (genus) dan suku (familia) baru.
3. Evolusi Primat dan Manusia
Manusia
oleh para ahli biologi diklasifikasikan dalam bangsa (ordo) primat, sebuah
kelompok yang juga meliputi kungkang, loris, tersier, monyet, dan kera. Klasifikasi
ini berdaarkan persamaan ciri-ciri anatomi, fisiologi, struktur protein dan
materi genetis. Diantara primat, manusia menyerupai monyet, tetapi persamaan
terbesar ialah dengan kera.
Persamaan
yang mendasari klasifikasi hewan merupakan indikator hubungan evolusi. Oleh
karena itu dengan mempelajari anatomi, fisiologi dan struktur molekul primat
lain, dapat dipahami lebih baik ciri-ciri yang diwarisi dari nenek moyang dan
ciri-ciri khas yang menjadi milik manusia.
Asal
usul dan proses evolusi makhluk manusia secara khusus dipelajari dan diteliti
oleh sub ilmu dari antropologi biologi, yaitu ilmu paleoantropologi dengan
menggunakan sebagai bahan penelitian bekas-bekas tubuh manusia yang berupa
fosil-fosil yang terkandung dalam lapisan bumi.
Dengan
kemajuan di bidang ilmu paleoantropologi dan geologi dapat dijelaskan siapakah
nenek moyang manusia? Berikut divisualisasikan perbedaan konsepsi lama dan
konsepsi baru tentang hubungan manusia dengan primat-primat lain berdasarkan
evolusinya.
|
|||||||
Konsepsi
Lama Konsepsi
Baru
Bagan: Konsepsi
Lama Missing Link dan Konsepsi Baru Makhluk Induk
Berdasarkan
skema di atas dapat dijelaskan bahwa kera merupakan kerabat manusia yang paling
dekat, di dalamnya termasuk gibon, siamang, orangutan, gorila dan simpase.
Menurut struktur ginetik, biokimia dan anatomi simpanse dan gorila adalah yang
paling dekat dengan manusia.
|
Hubungan Primat
dengan Manusia
Primat
yang dianggap menurunkan jenis-jenis kera besar seperti orangutan, gorilla,
simpansze maupun manusia adalah seekor makhluk yang fosilnya berupa rahang
bawah di Saint Gaudens, Perancis Selatan, pada pertengahan abad yang lalu, yang
disebut “Dryopithecus”.
Makhluk
pendahuluan manusia di kawasan Asia Tenggara dalam jangka waktu yang panjang (2
juta – 200 tahun yang lalu) adalah
pithecanthropus. Makhluk pithecanthropus
berevolusi terus, isi otaknya menjadi lebih besar, beerapa organismenya seperti
tenggorokan, rongga mulut, lidah dan bibir berevolusi menjadi dapat membuat
variasi suara yang makin lama makin kompleks, bahkan memiliki suatu sistem
komunikasi yang kompleks untuk memenuhi kebutuhannya dalam pembagian kerja
dalam berburu yang kompleks. Paraahli geologi menemukan makhluk pithecanthropus
yang telah berevolusi ini dalam lapisan bumi yang muda, yakni Pleistosen Muda.
Di lembah Sungai Neander di kota Dusseldoef di Jerman dikenal dengan nama “Homo Neandertalensis”.
Homo Neandertal berevolusi dalam jangka
waktu yang panjang kira-kira 120.000 tahun menjadi manusia Homo sapiens yang sekarang ini. Penemuan fosil homo sapiens menurut
rasnya adalah:
a. Makhluk homo sapiens yang pertama menunjukkan ciri-ciri ras Australoid
adalah makhluk yang ditemukan di desa Wajak di lembah sungai Brantas dekat
Tulungagung Jawa Timur bagian Selatan dalam lapisan bumi Pleistosen Muda. Fosil
tersebut disebut Homo Wajakensis,
kira-kira 40.000 tahun yang lalu.
b. Makhluk homo sapiens yang pertama menunjukkan ciri-ciri ras Mongoloid di Asia Timur adalah makhluk yang fosilnya
ditemukan dekat gua Chou-Kou-Tien, yang disebut dengan Pithecanthropus Pekinensis, antara 40.000 – 30.000 tahun yang lalu.
c. Makhluk homo sapiens yang pertama menunjukkan ciri-ciri ras Kaukasoid di Perancis adalah makhluk yang fosilnya
ditemukan dekat desa Les Eyzies, yang disebut dengan Pithecanthropus Cromagnon sebagai nenek moyang penduduk Eropa
sekarang, kira-kira 60.000 tahun yang lalu.
d. Makhluk homo sapiens yang pertama menunjukkan ciri-ciri ras Negroid adalah
makhluk yang fosilnya ditemukan di Gurun Sahara di dekat Asselar, 400 km
sebelah Timur Laut Timbuktu yang disebut dengan Pithecanthropus Asselar kira-kira 14.000 tahun yang lalu. Ras Negroid kini dinilai sebagai ras
manusia yang paling muda.
Dalam
perkembangan homo sapiens dan
kebudayaan sebagai makhluk manusia divisualisasikan sebagai berikut:
|
4. Aneka Warna Manusia
Makhluk
manusia yang tersebar di seluruh muka bumi dan yang hidup di dalam segala macam
lingkungan alam, menunjukkan suatu aneka warna fisik yang tampak nyata. Ciri
lahir seperti warna rambut, warna kulit, bentuk muka, dan sebagainya
menyebabkan pengertian yang disebut “RAS”. Ras sebagai suatu golongan manusia
yang menunjukkan berbagai ciri tubuh yang tertentu dengan suatu frekuensi yang
besar. Dengan kata lain “ras” merupakan
keberadaan manusia yang dibedakan atas dasar: (a). tampilan fisik, (b). tipe/golongan keturunan, (c). pola
keturunan, (d). semua kelakuan bawaan yang tergolong unik, berbeda dengan
penduduk asli.
Deskripsi
etnografi aneka warna kebudayaan difokuskan pada: kebudayaan-kebudayaan dengan
corak yang khas yang disebut dengan SUKU BANGSA atau ETNIK. Suku bangsa atau
etnik adalah suatu golongan manusia yg terikat oleh kesadaran dan identitas
akan kesatuan kebudayaan, yg seringkali dikuatkan dengan “bahasa”. Jadi suku
bangsa atau etnik merupakan kumpulan orang yang dibedakan terutama oleh
ciri-ciri kebudayaan/ bangsa, yang meliputi: (a). keunikan dalam perangai atau
budaya, (b). perasaan sebagai satu komunitas, (c). status keanggotaan bersifat
keturunan, (d). berdiam tempat tinggal tertentu.
Metode
untuk mengklaskan aneka ras manusia terutama memperhatikan ciri lahir atau
ciri-ciri morfologi, pada tubuh individu-individu berbagai bangsa di dunia.
Ciri-ciri morfologi dalam praktek merupakan ciri-ciri fenotipe, terdiri dari dua golongan, yaitu: (a). ciri-ciri
kualitatif (seperti warna kulit, bentuk rambut, dan sebagainya); (b). ciri-ciri
kuantitatif (seperti berat badan, ukuran tinggi badan, dan sebagainya).
Dalam
mengklasifikasikan ras-ras, sekarang dibangun dengan cara filogenetik, yaitu tidak hanya menggambarkan persamaan-persamaan
dan perbedaan-perbedaan antara ras-ras, juga menggambarkan hubungan-hubungan
asal-usul antara ras-ras serta percabangannya. Untuk itu diperlukan pengetahuan
mengenai ciri-ciri genotipe.
Ciri-ciri genotipe dapat diketahui pada gen yang tidak mudah dirubah oleh
pengaruh proses-proses mutasi, seleksi. Misalnya, gen untuk golongan darah A –
B – C; gen untuk tipe darah MN; gen untuk kemampuan mencium bau zat phenylthiocarbomide.
Pada
masa sekarang, sudah berkembang metode-metode untuk mengklasifikasikan ras
berdasarkan frekuensi golongan darah. Terdapat frekuensi tertentu dari satu
macam golongan darah akan tampak dalam daerah-daerah tertentu di muka bumi ini.
Misalnya, meskipun pada orang Sunda terdapat individu-individu dari
semuagolongan darah, namun ada suatu prosentase tinggi (kurang lebih 51%)
penduduk Jawa Barat yangberdarah O, penduduk Tokyo dari 30.000 individu yang
pernah diteliti, terdapat frekuensi tinggi dari darah golongan A dan B. Daerah-daerah dengan prosentase
golongan-golongan darah yang sama tersebut duhubungan dengan garis-garis di
atas peta (isogeneses). Selanjutnya dapat dibuat gambarandari bangsa-bangsa
yang dahulu berasal dari satu nenek moyang.
Klasifikasi
A.L Kroeber, penggolongan ras-ras di dunia adalah sebagai berikut:
(a). Australoid; (b). Mongoloid; (c). Caucasoid;
(d). Negroid; (e). Ras khusus (Bushman, Veddoid, Polynesian, Ainu).
5.
Organisma Manusia
Makhluk
manusia adalah makhluk yang hidup berkelompok, mempunyai organisme yang secara
biologis sangat kalah kemampuan fisiknya dengan jenis biantang berkelompok yang
lain. Manusia telah berevolusi lebih maju dibanding dengan binatang. Otak
manusia telah dikembangkan oleh bahasa, tetapi perkembangan bahasa juga
ditentukan oleh kemampuan akal, yaitu kemampuan untuk membentuk gagasan dan
konsep yang makin lama, makin tajam untuk memilih alternatif tindakan yang
menguntungkan bagi kelangsungan hidup manusia. Bahasa menyebabkan manusia dapat
belajar konsep yang konkrit dan abstrak tanpa mengalami sendiri peristiwa
tersebut.
Manusia
memanfaatkan akalnya untuk membentuk identitas diri dan kesadaran kepribadian
diri sendiri, serta dapat lepas dari keterikatan lingkungan alam. Akhirnya,
dengan kemampuan akal budinya kehidupan organisme manusia berbeda dengan
kehidupan binatang. Akal budi manusia mampu mengembangkan sistem-sistem, yaitu:
sistem perkembangan vokal atau bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi
sosial, siatem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem
religi, sistem kesenian, yang selanjutnya disebut kebudayaan.
Perkembangan
kebudayaan tidak ditentukan oleh sistem gen, berbeda dengan kemampuan organisme
binatang. Contohnya, kemampuan serangga untuk membuat berbagai macam sarang
yang terpola indah, telah ditentukan oleh gen serangga secara turun tumurun.
Sebaliknya manusia harus mempelajari kebudayaannya sejak lahir, sepanjang
rentang kehidupannya sehingga mampu mengembangkan kreatifitasnya, karya manusia
satu dengan manusia lain saling berbeda.
Evaluasi:
1.
Jelaskan sistem klasifikasi
makhluk di dunia berdasarkan morfologinya
2. Jelaskan tiga golongan
proses evolusi menurut analisa ahli biologi
3.
Gambarkan konsepsi lama missing link dan konsepsi baru makhluk induk nenek
moyang manusia.
4.
Gambarkan klasifikasi A.L Kroeber, penggolongan ras-ras di dunia.
5.
Berikan ilustrasi contoh konkrit manusia telah berevolusi lebih maju
dibanding dengan binatang
0 komentar :
Posting Komentar