Selasa, 14 Januari 2014

AZAZ-AZAZ  ANTROPOLOGI DAN RUANG LINGKUPNYA

Standar Kompetensi :
Memahami azas-azas antropologi dan ruang lingkupnya.
Kompetensi Dasar :
Menjelaskan konsep dasar antropologi, ruang lingkup ilmu antropologi dan fase-fase perkembangannya
Indikator Pencapaian Kompetensi :
1.    Menjelaskan pengertian dasar antropologi
2.    Menjelaskan ruang lingkup dan obyek antropologi
3.    Menjelaskan perbedaan antropologi dengan ilmu social lain (sosiologi)
4.    Menjelaskan metode ilmiah dalam antropologi
5.    Menjelaskan fase-fase perkembangan antropologi
Tujuan Pembelajaran:
1.        Mahasiswa  dapat menjelaskan pengertian dasar antropologi
2.    Mahasiswa dapat menjelaskan ruang lingkup dan obyek antropologi
3.    Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan antropologi dengan ilmu sosial lain (sosiologi)
4.    Mahasiswa dapat menjelaskan metode ilmiah dalam antropologi
5.    Mahasiswa  dapat menjelaskan fase-fase perkembangan antropologi
Materi Pokok:
1.    Pengertian Dasar Antropologi
                 Antropologi telah membongkar anggapan yang keliru mengenai superioritas ras dan kebudayaan. Selain itu, antropologi juga telah mempelajari semua bangsa tanpa mempedulikan dimana dan bilamana mereka hidup sehingga memberikan kejelasan tentang sifat manusia daripada semua pemikiran para filsuf atau studi para ilmuwan di laboratorium. Dari semua ilmu, antropologi adalah ilmu yang paling luas cakrawalanya. Bahan yang dipelajari dalam antropologi sangat luas. Antropologi membahas segala sesuatu yang ada hubungannya dengan makhluk manusia dahulu dan sekarang.
                 Sebenarnya banyak ilmu lain dengan cara-cara tertentu memberikan perhatian kepada makhluk manusia. Beberapa diantaranya anatomi dan fisiologi, mempelajari manusia sebagai organisme biologi. Ilmu-ilmu sosial memusatkan perhatiannya kepada bentuk-bentuk yang khas dari hubungan antar manusia. Antropologi berusaha memperhatikan semua itu, bahkan melihatnya secara keseluruhan di semua ruang (tempat) dan waktu. Perspektif luas dan unik inilah yang merupakan  sarana amat baik bagi ahli antrolopologi untuk menelaah sesuatu yang sangat halus, disebut sifat manusia.
                 Berdasarkan argumentasi di atas dapat ditegaskan bahwa antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia. Secara praktisnya, disiplin antropologi untuk menelaah keanekaragaman manusia dibagimenjadi beberapa bidang, dan ahli antropologi secara sendiri-sendiri mengkhususkan diri di salah satu bidang atau lebih.

2.    Ruang Lingkup dan Obyek Antropologi
                 Antropologi menurut tradisi dibagi menjadi empat cabang, yakni: a). Antropologi fisik, b).       Antropologi budaya, yang mencakup 3 cabang: arkeologi, linguistik dan etnologi. Antropologi fisik ini merupakan bagian dari antropologi yang memusatkan perhatiannya kepada manusia sebagai organisme biologis, dan salah satu yang menjadi perhatiannya ialah evolusi manusia. Keistimewaan apapun yang dianggap ada pada dirinya oleh manusia, mereka adalah binatang yang menyusui (khususnya primat) dan mereka memiliki nenek moyang yang sama dengan primat-prmat lainnya, khususnya dengan kera dan monyet. Ahli antropologi fisik berusaha melacak nenek moyang jenis manusia untuk mengetahui bagaimana, kapan dan mengapa kita menjadi jenis makhluk seperti sekarang ini melalui analisis terhadap fosil-fosil dan pengamatan terhadap primat-primat yang hidup. Bidang lain dari antropologi fisik adalah studi tentang variasi umat manusia. Kita semua adalah anggota dari satu jenis, secara menyolok atau tidak kita ini berbeda-beda. Kita tidak hanya berbeda dalam hal yang tampak, seperti warna kulit atau bentuk hidung kita, akan tetapi mengenai faktor-faktor biokimia seperti golongan darah dan kepekaan terhadap penyakit tertentu. Ahli antropologi fisik modern menggunakan pengetahuan genetika dan biokimia untuk memperoleh pengertian yang lebih lengkap tentang variasi umat manusia dan cara orang menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang beraneka ragam. Antropologi fisik berhubungan erat dengan ilmu-ilmu biologi.
                 Antropologi budaya membahas manusia sebagai makhluk budaya.  Pekerjaan dari ahli antropologi fisik merupakan kerangka kerja yang diperlukan ahli antropologi budaya, sebab tidak kebudayaan tanpa manusia. Guna memahami pekerjaan ahli antropologi budaya, kita menjelaskan pengertian kebudayaan lebih dahulu, walaupun konsep kebudayaan akan dikaji lebih mendalam pada bagian berikutnya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai peraturan-peraturan atau pembakuan-pembakuan yang berlaku di masyarakat (kelompok manusia).  Pembakuan-pembakuan ini menentukan atau memberikan petunjuk untuk perilaku sehari-hari anggota masyarakat, oleh sebab itu perilaku manusia tersebut sebagai perilaku kebudayaan.
                 Antropologi budaya berhubungan erat dengan ilmu-ilmu lain. Ilmu yang paling sering dihubungan dengan antropologi budaya adalah sosiologi. Kedua-duanya berusaha menggambarkan dan menerangkan perilaku manusia dan konteks sosialnya, namun sosiologi lebih memusatkan perhatiannya secara khusus kepada orang yang hidup pada jaman baru, sehingga teori-teori mereka cenderung perilaku manusia yang terikat pada kebudayaan  tertentu (culture bound), biasanya teori diasumsikan pada kebudayaan kelas menengah, yang dikhususkan untuk orang-orang berprofesi. Senbaliknya, antropologi budaya berusaha mengurangi masalah keterikatan teori kepada kebudayaan tertentu dengan cara mempelajari seluruh umat manusia dan tidak membatasi diri kepada studi tentang bangsa-bangsa yang telah maju. Ahli antropologi menyimpulkan bahwa untuk memperoleh pengertian yang memadai tentang perilaku manusia, seluruh umat manusia harus dipelajari. Titik berat antropologi budaya adalah pada studi kebudayaan prasejarah atau kebudayaan non-Barat yang lebih baru, sering membawa kesimpulan yang membantah pendapat lama yang terbentuk melalui studi masyarakat Barat.
                 Antropologi budaya dibagi menjadi bidang arkeologi, antropologi linguistik dan etnologi. Setiap bidang mempunyai kepentingan dan metode khusus, namun semuanya mengenai data kebudayaan manusia yang berbeda-beda dan bagaimana caranya kebudayaan berkembang dimana-mana, menyesuaikan diri dan terus-menerus berubah.
                 Arkheologi adalah cabang antropologi kebudayaan yang mempelajari benda-benda  peninggalan material dengan maksud untuk menggambarkan dan menerangkan perilaku manusia pada masa lampau. Perhatiannya dipusatkan kepada masa lampau manusia, sebab apa yang tertinggal dari masa lampau itu sering hanya berupa benda dan bukan gagasan. Oleh sebab itu ahli antropologi mempelajari alat-alat, tembikar dan peninggalan lain yang tidak lapuk oleh waktu (tahan jaman) sebagai warisan  dari kebudayaan yang telah punah. Berbeda dengan ahli sejarah, ahli arkheologi tidak terpancang  kepada 5000 tahun terakhir dari sejarah umat manusia yang meninggalkan keterangan-keterangan tertulis tentang hasil jerih payah manusia.
                 Antropologi linguistik adalah cabang antropologi  budaya yang mengadakan studi tentang bahasa manusia. Linguistik dapat berupa deskripsi sesuatu bahasa (cara membentuk kalimat atau mengubah kata kerja) atau sejarah bahasa-bahasa (cara bahasa-bahasa berkembang dan saling mempengaruhi sepanjang waktu). Ahli antropologi melalui studi linguistik dapat mengetahui lebih baik bagaimana  pendapat orang tentang dirinya sendiri dan tentang dunia di sekitarnya. Mereka memberikan sumbangan yang berharga untuk memahami  masa lampau umat manusia dengan menyusun hubungan geneologi dari bahasa-bahasa dan mempelajari distribusi bahasa tersebut ia dapat memperkirakan berapa lama orang-orang yang menggunakan bahasa itu tinggal di daerah tempat mereka tinggal sekarang.
                 Etnologi merupakan cabang antropologi yang mempelajari kebudayaan-kebudayaan jaman sekarang. Ahli etnologi mengkhususkan diri kepada perilaku manusia sebagaimana yang dapat disaksikan, dialami dan didiskusikan dengan orang-orang yang kebudayaannya hendak dipahami. Pendekatan ahli etnologi adalah etnografi deskriptif. Ahli etnografi adalah ahli arkheologi yang mengamati arkheologinya hidup-hidup. Ahli etnologi menjadi penulis etnografi dengan cara terjun ke lapangan untuk hidup di tengah-tengah rakyat yang ditelitinya. Mereka berusaha menjadi pengamat yang terlibat (participant observer) dalam kebudayaan yang sedang dipelajarinya. Ahli etnografi dapat mulai memahami sistem kebudayaan suatu masyarakat dengan menemukan bagaimana semua lembaga kebudayaan (sosial, politik dan keagamaan) saling berkaitan menjadi satu.
                 Keduanya aspek antropologi (fisik dan budaya) terdapat hubungan yang sangat erat, yang mengantarkan pada pemahaman tentang bagaimana biologi mempengaruhi atau tidak mempengaruhi kebudayaan, dan bagaimana kebudayaan dapat dan memang mempengaruhi biologi.

3.    Antropologi dengan Ilmu Sosial Lain (Sosiologi)
                 Tujuan dari kedua ilmu ini seolah-olah sama yakni mencari unsur-unsur persamaan di bidang aneka warna beribu-ribu masyarakat dan kebudayaan manusia di muka bumi dengan tujuan untuk mencapai pengertian tentang azas-azas hidup masyarakat dan kebudayaan manusia pada umumnya. Secara khusus keduanya terdapat perbedaan sebagai berikut: memiliki asal mula dan sejarah perkembangan yang berbeda, sehingga menyebabkan adanya perbedaan pengkhususan kepada pokok dan bahan penelitian dari kedua ilmu itu dan hal ini akan berakibat pada adanya perbedaan dalam beberapa metode dan masalah khusus dari kedua ilmu.
                 Asal usul perkembangan antropologi adalah menghimpun bahan keterangan tentang masyarakat dan kebudayaan penduduk pribumi di daerah luar Eropa untuk mendapat pengertian tentang tingkat-tingkat perkembangan masyarakat dan kebudayaan. Sedangkan asal usul perkembangan sosiologi adalah adanya krisis masyarakat di Eropa yang menyebabkan masyarakat Eropa memerlukan suatu pengetahuan yang mendalam mengenai azas-azas masyarakat dan kebudayaan sendiri.
                 Obyek kajian antropologi berawal dari fakta sosial kehidupan masyarakat primitif (tradisional) di daerah pedesaan di luar Eropa, kemudian berkembang pada fenomena fakta sosial pada masyarakat perkotaan, termasuk kehidupan masyarakat di Eropa yang kompleks. Sedangkan obyek kajian sosiologi justru berawal dari tatanan kehidupan masyarakat yang kompleks di perkotaan yang mengalami krisis ekonomi, kemudian berkembang pada tatanan kehidupan masyarakat pedesaan.
                 Pada akhirnya kedua ilmu ini memiliki obyek penelitian yang sama, yakni masyarakat dan kebudayaan yang kompleks di perkotaan dan yang kurang kompleks di pedesaan, namun terdapat perbedaan dalam metode dan analisisnya. Ilmu antropologi menjelaskan fakta sosial dari salah salah satu unsur masyarakat dengan menghubungkannya unsur-unsur lain yang lebih kompleks melalui pendekatan sistem. Metode yang diterapkan bersifat kualitatif,  proses berpikir dari  induktif  ke deduktif, lebih mengandalkan pengumpulan fakta melalui observasi partisipan dan wawancara.

4.    Metode Ilmiah dalam Antropologi
                 Ilmu adalah cara yang ampuh dan luwes yang ditemukan oleh manusia untuk memahami tabiat dunia dan alam semesta yang tampak. Ilmu mencari keterangan-keterangan yang dapat diuji tentang fenomena yang disaksikan orang berdasarkan prinsip atau  hukum yang tidak nampak, tetapi bersifat umum dan tetap. Antropologi bermaksud mempelajari manusia secara obyektif dan sistematis. Ahli antropologi menggunakan metode-metode yang digunakan oleh para ilmuwan lain dengan mengembangkan hipotesis, atau penjelasan yang dianggap benar, menggunakan data lain untuk mengujinya, dan akhirnya menemukan suatu teori (suatu sistem hipotesis yang telah teruji, yang menjelaskan fenomena-fenomena secara sistematis). Data yang digunakan ahli antropologi dapat berupa data dari satu masyarakat atau studi komparatif di antara sejumlah besar masyarakat.
                 Antropolog meneliti semua unsur dalam kehidupan masyarakat sebagai kebulatan. Apabila hanya mengkhususkan kepada suatu unsur tertentu saja dalam kehidupan masyarakat kota, misalnya aktivitas kehidupan keagamaan atau aktivitas kehidupan kekeluargaan, seorang antropolog akan menghubungkan semua unsur dalam kehidupan dengan seluruh struktur kehidupan masyarakat kota. Metode pengumpulan bahan yang mengkhusus dan mendalam bersifat kualitatif serta menerapkan metode analisis yang bersifat membandingkan (komparatif).
                 Kesatuan pengetahuan dengan metode ilmiah yang diterapkan dalam pengembangan ilmu antroplogi melalui tiga tingkat, yakni:
(1).  Pengumpulan fakta tentang kejadian dan gejala masyarakat dan kebudayaan untuk pengolahan secara ilmiah, dilakukan dengan metode observasi, mencatat, mengolah dan melukiskan fakta-fakta yang terjadi dalam masyarakat yang hidup, baik dengan penelitian di lapangan, penelitian di laboratorium maupun penelitian perpustakaan.
(2).  Penentuan ciri-ciri umum dan sistem yang menimbulkan cara berpikir secara induktif dengan metode-metode untuk mencari ciri-ciri yang sama, umum dari aneka warna fakta dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan manusia. Pencarian ciri-ciri umum di antara aneka warna fakta masyarakat ini menggunakan meode komparatif yang dimulai dengan metode klasifikasi.
(3).  Verifikasi atau pengujian dalam kenyataan harus menguji kaidah-kaidah yang telah dirumuskan dalam kenyataan alam atau masyarakat yang hidup. Proses berpikir yang berkembang bersifat deduktif dari perumusan umum kembali ke arah fakta-fakta yang khusus. Metode verifikasi yang digunakan di atas disebut metode yang  bersifat kualitatif. Metode verikasiyang lain juga dapat digunakan adalah metode bersifat kuantitatif, yaitu cara mengolah fakta sosial dalam jumlah yang besar dan diterapkan statistik.
                 Ada kesulitan serius untuk menerapkan pendekatan ilmiah dalam antropologi, antara lain: (a). apabila kita mencanangkan sebuah hipotesis, maka kita mendapat motivasi yang kuat untuk mengujinya, dan ini secara tidak sengaja dapat menyebabkan kita tidak melihat atau bahkan mengesampingkan bukti-bukti yang negatif. (b). menyusun teori yang baik tentang perilaku manusia harus bertolak dari sejumlah hipotesis yang seobyektif dan sebebas mungkin dari pengaruh kebudayaan, hal ini sangat sulit dilakukan karena kita dibesarkan dari sebuah kebudayaan yang digunakan untuk menyusun hipotesis tersebut.
                 Hasil akhir suatu kerja lapangan arkheologi atau etnografi adalah sebuah uraian yang teratur, yang merupakan kerangka untuk menerangkan perilaku pemilik kebudayaan yang sedang dipelajari melalui wawancara, observasi partisipan dan membandingkan data arkheologis dan/atau etnografis dari beberapa masyarakat yang terdapat di sebuah daerah tertentu dan selanjutnya antropolog dapat merumuskan hipotesis-hipotesis yang lebih luas tentang perilaku manusia.
                 Bahan yang dipelajari antropologi terus menerus berubah karena terjadi penemuan-penemuan baru, dan kebudayaan itu sendiri selalu dalam keadaan berubah. Perubahan peranan wanita dalam keluarga, peranan seks dan sikap baru terhadap perkawinan dan keluarga adalah contoh-contoh perubahan yang dengan mudah dapat dilihat dalam kebudayaan sendiri. Antropologi masa kini tetap mempertahankan keterlibatannya dengan sifat kemanusiaan orang-orang lain, oleh karena itu antropologi semakin berhasil menjadi pengetahuan tentang manusia yang benar-benar manusiawi.

5.    Fase-fase Perkembangan Antropologi
                 Terdapat empat fase perkembangan ilmu antropologi:
a.       Fase pertama (sebelum 1800).
Suku-suku bangsa penduduk pribumi Afrika, Asia dan Amerika mulai didatangi oleh orang Eropa, dan lambat laun berbagai daerah di muka bumi mendapat pengaruh dari negara-negara Eropa Barat. Bersamaan dengan proses tersebut mulai terkumpul buku-buku kisah perjalanan, laporan-laporan tentang adat-istiadat, susunan masyarakat, bahasa dan ciri-ciri fisik bangsa-bangsa Eropa Barat. Deskripsi-deskripsi ini seringkali bersifat kabur dan kebanyakan hanya memperhatikan hal-hal yang dalam tinjauan orang Eropa tampak aneh saja, walaupun ada karangan-karangan yang baik dan lebih teliti sifatnya. Bahan etnografi dari suku di Afrika, Oseania dan orang Indian di Amerika menimbulkan  tiga sikap/pandangan orang Eropa terhadap suku-suku  bangsa tersebut, yaitu:
(1).  Sebagian orang Eropa memandang bangsa-bangsa tersebut bukan manusia sebenarnya, mereka manusia liar, turunan iblis dan disebut savages, primitives.
(2). Sebagian orang Eropa memandang sifat-sifat baik dari bangsa-bangsa jauh tadi. Bangsa-bangsa itu adalah contoh dari masyarakat yang masih murni, belum kemasukan kejahatan dan keburukan sebagaimana yang terjadi di masyarakat Eropa.
(3).  Sebagian orang Eropa tertarik dengan adat istiadat yang aneh dan mulai mengumpulkan benda-benda kebudayaan tersebut.
Tujuan ilmu antropologi pada fase I ini adalah menghimpun pengetahuan tentang masyarakat, adat-istiadat dan ciri-ciri fisik bangsa-bangsa di luar Eropa, sebagai pemicu awal  di dunia ilmiah untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan pengetahuan etnografi manjadi satu.
b.  Fase kedua (pertengahan abad ke-19).
     Timbul bahan etnografi yang disusun berdasarkan cara berpikir evolusi  masyarakat. Dirumuskan bahwa masyarakat dan kebudayaan manusia telah berevolusi dengan sangat lambat dalam satu jangka waktu beribu-ribu tahun lamanya, dari tingkat-tingkat yang rendah melalui beberapa tingkat antara dan sampai kepada tingkat tertinggi. Semua bentuk masyarakat di luar Eropa disebut pimitif yang dijadikan contoh tingkat kebudayaan paling rendah dan masih hidup sampai sekarang sebagai warisan kebudayaan manusia jaman dahulu. Meneliti kebudayaan masyarakat di luar eropa sekaligus menambah pengertiannya tentang sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
     Tujuan ilmu antropologi pada fase II ini bersifat akademik yaitu mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk mendapat suatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
c.  Fase ketiga (permulaan abad ke-20)
     Sebagian besar negara-negara di Eropa berhasil untuk mencapai   kekuasaan di daerah jajahan di luar Eropa. Ilmu antropologi dinilai sangat penting untuk mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropa dan mengembangkan pengertian masyarakat di luar negara Eropa sebagai masyarakat yang tidak kompleks.
     Tujuan pengembangan antropologi pada fase III ini bersifat praktis, yaitu mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa untuk kepentingan pemerintah kolonial dan mendapat pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks.
d.  Fase keempat (sesudah tahun 1930)
     Antropologi mengalami perkembangan yang paling luas pada fase ke-4 ini tentang bahan pengetahuan yang lebih teliti dan ketajaman dari metode-metode ilmiahnya. Kehidupan masyarakat di dunia mengalami perubahan besar, yakni sikap antipati terhadap kolonialisme sesudah perang dunia ke II dan cepat hilangnya bangsa-bangsa primitif (asli dan terpencil) dari pengaruh kebudayaan Eropa-Amerika. Kondisi ini mendorong antropologi mengembangkan lapangan-lapangan penelitian dengan tujuan pokok yang baru. Hasil perkembangan fase I,II dan III sebagai landasan perkembangan yang baru. Sasaran perkembangan antropologi yang baru adalah manusia di daerah pedesaan pada umumnya ditinjau dari aneka warna fisiknya, struktur masyarakat dan unsur-unsur kebudayaannya. Masyarakat desa yang dianalisis bukan hanya di luar negara Eropa, tetapi termasuk masyarakat pedesaan di negara Eropa.
     Tujuan antropologi pada fase IV ini dibedakan menjadi dua, yakni bersifat akademik dan praktis. Tujuan akademik adalah mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna bentuk fisiknya, masyarakat serta kebudayaannya. Tujuan praktisnya adalah  mempelajari manusia dalam aneka warna masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa itu.
                 Di Indonesia, antropologi  sebagai ilmu praktis untuk mengumpulkan data tentang kebudayaan-kebudayaan daerah dan masyarakat pedesaan, sehingga dapat menemukan dasar-dasar bagi suatu kebudayaan nasional yang mempunyai kepribadian khusus dan dapat dibangun suatu masyarakat desa yang modern. Disamping itu antropologi bersamaan  dengan sosiologi praktis dapat memberikan bantuan dalam hal memecahkan masalah-maslah kemasyarakatan di Indonesia sekarang dalam hal perencanaan pembangunan nasional sebagaimana di negara India.

Evaluasi:
1. Jelaskan ruang lingkup kajian ilmu antropologi
2. Jelaskan sejarah perkembangan ilmu antropologi
3. Jelaskan perbedaan antropologi dengan sosiologi
4. Bagaimanakah metode ilmiah ahli antropologi untuk menyusun suatu teori?




PROSES EVOLUSI DAN ANEKA WARNA MAKHLUK MANUSIA

Standar Kompetensi :
Memahami aneka warna makhluk manusia.
Kompetensi Dasar :
Menjelaskan makluk manusia antara makluk lain, evolusi dan ciri-ciri biologi, evolusi primat dan manusia, aneka warna manusia dan organismenya.
Indikator Pencapaian Kompetensi :
1.    Menjelaskan sistem klasifikasi semua makhluk di dunia berdasarkan atas morfologinya.
2.    Menjelaskan proses evolusi biologis manusia menghasilkan organisme bentuk baru
3.    Menjelaskan evolusi primat dan manusia
4.    Menjelaskan aneka warna makhluk manusia dan organismenya
Tujuan Pembelajaran:
1.    Mahasiswa dapat  menjelaskan sistem klasifikasi semua makhluk di dunia berdasarkan atas morfologinya.
2.    M ahasiswa dapat menjelaskan  proses evolusi biologis manusia menghasilkan organisme bentuk baru
3.    Menjelaskan dapat menjelaskan evolusi primat dan manusia
4.    Menjelaskan dapat menjelaskan aneka warna makhluk manusia dan organismenya
Materi Pokok:
1.    Sistem Klasifikasi Makhluk di Dunia Berdasarkan Morfologinya
                 Pada pertengahan abad ke-19 Charles Darwin mengumumkan teori tentang proses evolusi biologi. Menurut teori evolusi tersebut bentuk-bentuk hidup tertua di muka bumi ini terdiri dari makhluk-makhluk satu sel yang sangat sederhana seperti protozoa. Makhluk ini dalam jangka waktu beratus-ratus juta tahun lamanya berkembang yang makin lama makin kompleks, dan terakhir berevolusi makhluk seperti kera.
                 Para ahli biologi telah membuat sistem klasifikasi semua makhluk di dunia berdasarkan atas morfologinya. Manusia yang menyusui keturunannya diklasifikasikan dengan kelas binatang menyusui atau Mammalia. Klas Mammalia memiliki satu sub golongan atau suku yang disebut dengan suku Primat. Dalam suku primat terdapat semua jenis kera mulai dari yang kecil sampai dengan kera besar. Pada umumnya binatang yang menyusui adalah binatang yang cerdik (intelegen) mempunyai lebih banyak sifat yang berhubungan dengan otak daripada binatang klas reptil atau binatang bertulang belakang. Para ahli biologi menempatkan manusia ke dalam sub suku antropoid. Sistem klasifikasi semua makhluk di dunia dapat dilihat pada bagan berikut:
Suku
Subsuku
Infrasuku
Keluarga
Jenis
Ras






Australoid

Mongoloid

Caucasoid

Homo sapiens
Negroid

Neandertal


Hominidae
Pithecanthropus

Ramapithecus


Hominoid
Pongidae

Cercopithecoid


Anthropoid
Ceboid




Primat


Tarsii formes

Prosimii
Lorisiformes


Daubentonioid

Tupoid

Lemuroid


       Bagan: Suku Primat dan Sub-sub Golongannya (adaptasi Koentjaraningrat, 2006)

Manusia oleh ahli biologi diklasifikasikan dalam bangsa (ordo) primat, sebuah kelompok yang meliputi kungkang, monyet dan kera. Diklasifikasikan demikian karena atas dasar persamaan ciri-ciri anatomi, fisiologi, struktur protein dan bahkan atas materi genetis.  Manusia  sebagai bagian suku primat memiliki persamaan yang terbesar dengan kera. Persamaan yang mendasari klasifikasi makhluk tersebut merupakan indikator hubungan evolusi. Oleh karena itu dengan mempelajari anatomi, fisiologi dan struktur molekul primat lain, kita dapat memahami secara lebih baik ciri-ciri yang diwarisi dari nenek moyang dan ciri-ciri khas yang menjadi milik manusia. Berdasarkan studi ini menunjukkan bahwa banyak perbedaan antara manusia dengan kera berdasarkan perbedaan tingkatan daripada perbedaan jenis.

2.    Evolusi Ciri-ciri Biologi
                 Evolusi didefinisikan sebagai perubahan yang diwarisi dalam genotipe yang menjadi efektif dalam kelompok gen suatu populasi. Gen adalah unit warisan yang sebenarnya. Gen adalah bagian dari molekul DNA (deoxyribonucleic acid), molekul yang kompleks yang menyerupai dua utali yang saling melilit.
                 Evolusi terjadi melalui mutasi yang menghasilkan variasi keturunan, yang kemudian dipengaruhi oleh arus genetik (genetic drift), atau perubahan frekuensi gen secara kebetulan dalam suatu populasi, lalu lintas (arus) gen, yaitu masuknya gen baru dari populasi lain, dan seleksi alamiah (natural selection). Seleksi alamiah adalah mekanisme adaptasi evolusi yang terjadi melalui reproduksi yang menimbulkan perbedaan karena individu-individu yang mengandung gen dengan sifat adaptif mendapat lebih banyak keturunan ketimbang yang tidak mengandungnya.
                 Evolusi dapat berkembang menjadi jenis baru, atau dapat berkembang secara bercabang sebagai jawaban atas mekanisme isolasi. Hal ini dapat terjadi pada populasi yang terpisah-pisah yang membendung lalu lintas gen dari populasi yang satu ke populasi yang lain, sehingga arus genetik dan seleksi dapat terjadi secara berlainan. Proses evolusi ini dapat menyebabkan mula-mula timbulnya ras yang berlainan dan kemudian jenis yang berbeda.
                 Satu gen atau kombinasi dari beberapa gen menjadi beberapa gen yang menjadi penyebab dari satu ciri lahir dari organisme, ada pula satu gen yang menjadi penyebab dari adanya beberapa ciri lahir. Organisme yang baru terbentuk disebabkan  adanya ciri-ciri gen yang kuat atau dominan, sedangkan ciri-ciri gen yang tidak kuat atau resesif tidak akan tampak pada organisme yang baru. Keanekaragaman primat yang dapat disaksikan sekarang adalah akibat pengaruh kekuatan-kekuatan evolusi, yang menyebabkan mereka dapat menyesuaikan diri kepada lingkungan dengan cara yang berbeda-beda. 
                 Koentjaraningrat (2006) menjelaskan proses evolusi menurut analisa ahli biologi dibagi dalam tiga golongan:
(a). Proses mutasi:  suatu gen yang telah lama diturunkan dari angkatan ke angkatan pada suatu ketika saat gen itu dibentuk pada suatu zygote yang baru dapat berubah sedikit sifatnya. Akibatnya terdapat ciri yang baru yang tidak ada pada nenek moyangnya.
(b). Proses seleksi dan adaptasi: suatu proses evolusi yang berasal dari sekitar alam. Gen yang baru telah diseleksi oleh alam yang baru dan terbawa langsung dalam organisme-organisme dari individu-individu dan kelompok.
(c). Proses menghilangnya gen secara kebetulan.
                 Pada pihak lain William A. Havilland (1985) menjelaskan proses evolusi sebagai berikut:
(a).  Keturunan: mekanisme keturunan merupakan bahan baku evolusi, aspek-aspeknya adalah pewarisan gen (DNA, gen, kromosom, pembelajan sel), pola keturunan (pewarisan tipe golongan darah, poligen, yaitu ada dua gen atau lebih yang bekerjasama dengan menimbulkan sifat fenotipe).
(b).  Genetika populasi: sekelompok individu yang dapat berkembangbiak secara berpasangan antara sesamanya. Pada tingkat populasi ini terjadi seleksi alamiah, karena ada anggota populasi yang meneruskan lebih banyak sifat, sedangkan anggota-anggota lain kurang dari jatah mereka masing-masing. Selama generasi demi generasi, populasi ini menunjukkan suatu tingkat adaptasi tertentu terhadap lingkungan, disebabkan oleh mekanisme evolusi tersebut. Genetika populasi dipengaruhi oleh stabilitas populasi, faktor-faktor perubahan, mutasi, penyimpangan genetis, lalu lintas gen, seleksi alamiah. Salah satu akibat dari proses seleksi alamiah adalah bertambahnya adaptasi sesuatu populasi terhadap lingkungannya.
                 Bentuk proses evolusi dapat dibedakan atas:
(a).  Evolusi divergen: suatu proses evolusi yang terjadi karena populasi induk melahirkan dua anak populasi atau lebih yang saling berbeda. Bertambahnya jumlah jenis, yang terjadi karena populasi yang berbeda-beda mengalami isolasi dalam hal reproduksi.
(b).  Evolusi linear/konvergen: suatu proses evoluasi yang terjadi karena dua organisme yang secara filogenetis tidak ada hubungannya satu sama lain mengembangkan persamaan –persamaan yang lebih besar. Perubahan yang terjadi sepanjang masa yang menyebabkan lahirnya jenis, marga (genus) dan suku (familia) baru.
3.   Evolusi Primat dan Manusia
                 Manusia oleh para ahli biologi diklasifikasikan dalam bangsa (ordo) primat, sebuah kelompok yang juga meliputi kungkang, loris, tersier, monyet, dan kera. Klasifikasi ini berdaarkan persamaan ciri-ciri anatomi, fisiologi, struktur protein dan materi genetis. Diantara primat, manusia menyerupai monyet, tetapi persamaan terbesar ialah dengan kera.
       Persamaan yang mendasari klasifikasi hewan merupakan indikator hubungan evolusi. Oleh karena itu dengan mempelajari anatomi, fisiologi dan struktur molekul primat lain, dapat dipahami lebih baik ciri-ciri yang diwarisi dari nenek moyang dan ciri-ciri khas yang menjadi milik manusia.
       Asal usul dan proses evolusi makhluk manusia secara khusus dipelajari dan diteliti oleh sub ilmu dari antropologi biologi, yaitu ilmu paleoantropologi dengan menggunakan sebagai bahan penelitian bekas-bekas tubuh manusia yang berupa fosil-fosil yang terkandung dalam lapisan bumi.
       Dengan kemajuan di bidang ilmu paleoantropologi dan geologi dapat dijelaskan siapakah nenek moyang manusia? Berikut divisualisasikan perbedaan konsepsi lama dan konsepsi baru tentang hubungan manusia dengan primat-primat lain berdasarkan evolusinya.









Manusia
 






 







                 Konsepsi Lama                                                     Konsepsi Baru
Bagan: Konsepsi Lama Missing Link dan Konsepsi Baru Makhluk Induk
                 Berdasarkan skema di atas dapat dijelaskan bahwa kera merupakan kerabat manusia yang paling dekat, di dalamnya termasuk gibon, siamang, orangutan, gorila dan simpase. Menurut struktur ginetik, biokimia dan anatomi simpanse dan gorila adalah yang paling dekat dengan manusia.
      


Gibon
 
Lebih jelas berikut ditunjukkan hubungan evolusi nenek moyang manusia sebagai berikut:


 










Hubungan Primat dengan Manusia
                 Primat yang dianggap menurunkan jenis-jenis kera besar seperti orangutan, gorilla, simpansze maupun manusia adalah seekor makhluk yang fosilnya berupa rahang bawah di Saint Gaudens, Perancis Selatan, pada pertengahan abad yang lalu, yang disebut “Dryopithecus”.
                 Makhluk pendahuluan manusia di kawasan Asia Tenggara dalam jangka waktu yang panjang (2 juta – 200 tahun yang lalu) adalah pithecanthropus. Makhluk pithecanthropus berevolusi terus, isi otaknya menjadi lebih besar, beerapa organismenya seperti tenggorokan, rongga mulut, lidah dan bibir berevolusi menjadi dapat membuat variasi suara yang makin lama makin kompleks, bahkan memiliki suatu sistem komunikasi yang kompleks untuk memenuhi kebutuhannya dalam pembagian kerja dalam berburu yang kompleks. Paraahli geologi menemukan makhluk pithecanthropus yang telah berevolusi ini dalam lapisan bumi yang muda, yakni Pleistosen Muda. Di lembah Sungai Neander di kota Dusseldoef di Jerman dikenal dengan nama “Homo Neandertalensis”.
                 Homo Neandertal berevolusi dalam jangka waktu yang panjang kira-kira 120.000 tahun menjadi manusia Homo sapiens yang sekarang ini. Penemuan fosil homo sapiens menurut rasnya adalah:
a.  Makhluk homo sapiens yang pertama menunjukkan ciri-ciri ras Australoid adalah makhluk yang ditemukan di desa Wajak di lembah sungai Brantas dekat Tulungagung Jawa Timur bagian Selatan dalam lapisan bumi Pleistosen Muda. Fosil tersebut disebut Homo Wajakensis, kira-kira 40.000 tahun yang lalu.
b.    Makhluk homo sapiens yang pertama menunjukkan ciri-ciri ras Mongoloid  di Asia Timur adalah makhluk yang fosilnya ditemukan dekat gua Chou-Kou-Tien, yang disebut dengan Pithecanthropus Pekinensis, antara 40.000 – 30.000 tahun yang lalu.
c.    Makhluk homo sapiens yang pertama menunjukkan ciri-ciri ras Kaukasoid  di Perancis adalah makhluk yang fosilnya ditemukan dekat desa Les Eyzies, yang disebut dengan Pithecanthropus Cromagnon sebagai nenek moyang penduduk Eropa sekarang, kira-kira 60.000 tahun yang lalu.
d.    Makhluk homo sapiens yang pertama menunjukkan ciri-ciri ras Negroid adalah makhluk yang fosilnya ditemukan di Gurun Sahara di dekat Asselar, 400 km sebelah Timur Laut Timbuktu yang disebut dengan Pithecanthropus Asselar kira-kira 14.000 tahun yang lalu. Ras Negroid kini dinilai sebagai ras manusia yang paling muda.
                 Dalam perkembangan homo sapiens dan kebudayaan sebagai makhluk manusia divisualisasikan sebagai berikut:
KEBUDAYAAN
 
       


 

















4.    Aneka Warna Manusia
                 Makhluk manusia yang tersebar di seluruh muka bumi dan yang hidup di dalam segala macam lingkungan alam, menunjukkan suatu aneka warna fisik yang tampak nyata. Ciri lahir seperti warna rambut, warna kulit, bentuk muka, dan sebagainya menyebabkan pengertian yang disebut “RAS”. Ras sebagai suatu golongan manusia yang menunjukkan berbagai ciri tubuh yang tertentu dengan suatu frekuensi yang besar. Dengan kata lain “ras”  merupakan keberadaan manusia yang dibedakan atas dasar: (a). tampilan fisik,  (b). tipe/golongan keturunan, (c). pola keturunan, (d). semua kelakuan bawaan yang tergolong unik, berbeda dengan penduduk asli.
Deskripsi etnografi aneka warna kebudayaan difokuskan pada: kebudayaan-kebudayaan dengan corak yang khas yang disebut dengan SUKU BANGSA atau ETNIK. Suku bangsa atau etnik adalah suatu golongan manusia yg terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan, yg seringkali dikuatkan dengan “bahasa”. Jadi suku bangsa atau etnik merupakan kumpulan orang yang dibedakan terutama oleh ciri-ciri kebudayaan/ bangsa, yang meliputi: (a). keunikan dalam perangai atau budaya, (b). perasaan sebagai satu komunitas, (c). status keanggotaan bersifat keturunan, (d). berdiam tempat tinggal tertentu.
                 Metode untuk mengklaskan aneka ras manusia terutama memperhatikan ciri lahir atau ciri-ciri morfologi, pada tubuh individu-individu berbagai bangsa di dunia. Ciri-ciri morfologi dalam praktek merupakan ciri-ciri fenotipe, terdiri dari dua golongan, yaitu: (a). ciri-ciri kualitatif (seperti warna kulit, bentuk rambut, dan sebagainya); (b). ciri-ciri kuantitatif (seperti berat badan, ukuran tinggi badan, dan sebagainya).
                 Dalam mengklasifikasikan ras-ras, sekarang dibangun dengan cara filogenetik, yaitu tidak hanya menggambarkan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan antara ras-ras, juga menggambarkan hubungan-hubungan asal-usul antara ras-ras serta percabangannya. Untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai ciri-ciri genotipe. Ciri-ciri genotipe dapat diketahui pada gen yang tidak mudah dirubah oleh pengaruh proses-proses mutasi, seleksi. Misalnya, gen untuk golongan darah A – B – C; gen untuk tipe darah MN; gen untuk kemampuan mencium bau zat phenylthiocarbomide.
                 Pada masa sekarang, sudah berkembang metode-metode untuk mengklasifikasikan ras berdasarkan frekuensi golongan darah. Terdapat frekuensi tertentu dari satu macam golongan darah akan tampak dalam daerah-daerah tertentu di muka bumi ini. Misalnya, meskipun pada orang Sunda terdapat individu-individu dari semuagolongan darah, namun ada suatu prosentase tinggi (kurang lebih 51%) penduduk Jawa Barat yangberdarah O, penduduk Tokyo dari 30.000 individu yang pernah diteliti, terdapat frekuensi tinggi dari darah golongan A dan B.  Daerah-daerah dengan prosentase golongan-golongan darah yang sama tersebut duhubungan dengan garis-garis di atas peta (isogeneses). Selanjutnya dapat dibuat gambarandari bangsa-bangsa yang dahulu berasal dari satu nenek moyang.
                 Klasifikasi A.L Kroeber, penggolongan ras-ras di dunia adalah sebagai berikut:
(a). Australoid; (b). Mongoloid; (c). Caucasoid; (d). Negroid; (e). Ras khusus (Bushman, Veddoid, Polynesian, Ainu).

5. Organisma Manusia
                 Makhluk manusia adalah makhluk yang hidup berkelompok, mempunyai organisme yang secara biologis sangat kalah kemampuan fisiknya dengan jenis biantang berkelompok yang lain. Manusia telah berevolusi lebih maju dibanding dengan binatang. Otak manusia telah dikembangkan oleh bahasa, tetapi perkembangan bahasa juga ditentukan oleh kemampuan akal, yaitu kemampuan untuk membentuk gagasan dan konsep yang makin lama, makin tajam untuk memilih alternatif tindakan yang menguntungkan bagi kelangsungan hidup manusia. Bahasa menyebabkan manusia dapat belajar konsep yang konkrit dan abstrak tanpa mengalami sendiri peristiwa tersebut.
                 Manusia memanfaatkan akalnya untuk membentuk identitas diri dan kesadaran kepribadian diri sendiri, serta dapat lepas dari keterikatan lingkungan alam. Akhirnya, dengan kemampuan akal budinya kehidupan organisme manusia berbeda dengan kehidupan binatang. Akal budi manusia mampu mengembangkan sistem-sistem, yaitu: sistem perkembangan vokal atau bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi sosial, siatem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi, sistem kesenian, yang selanjutnya disebut kebudayaan.
                 Perkembangan kebudayaan tidak ditentukan oleh sistem gen, berbeda dengan kemampuan organisme binatang. Contohnya, kemampuan serangga untuk membuat berbagai macam sarang yang terpola indah, telah ditentukan oleh gen serangga secara turun tumurun. Sebaliknya manusia harus mempelajari kebudayaannya sejak lahir, sepanjang rentang kehidupannya sehingga mampu mengembangkan kreatifitasnya, karya manusia satu dengan manusia lain saling berbeda.

Evaluasi:
1.    Jelaskan sistem klasifikasi makhluk di dunia berdasarkan morfologinya
2.  Jelaskan tiga golongan proses evolusi menurut analisa ahli biologi
3.  Gambarkan konsepsi lama missing link dan konsepsi baru makhluk induk nenek moyang manusia.
4.  Gambarkan klasifikasi A.L Kroeber, penggolongan ras-ras di dunia.
5.  Berikan ilustrasi contoh konkrit manusia telah berevolusi lebih maju dibanding dengan binatang

0 komentar :

Posting Komentar